First Love [Naruto Fanfiction / NaruSasu]

Title : First Love

Author : open-e-lope ( @Openelope_ )

Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto / Fanfiction © open-e-lope

Main Cast : Gaara, Namikaze Naruto, Uchiha Sasuke

Pairing : NaruSasu

Rated : T

Warning : BoyxBoy/AU/OOC/Shounen-ai

Ganre : Romance/Friendship/Comedy

Summary : “Mungkin ini adalah sebuah kisah cinta segitiga. namun yang perlu aku tekankan di sini adalah tentang kau, Namikaze Naruto, yang merupakan cinta pertamaku, dia, Uchiha Sasuke, yang merupakan cinta pertamamu, dan kau pula yang merupakan cinta pertamanya. Sedangkan aku, Gaara? Aku tak tahu. Aku tak bisa egois.”

.

.

.

-Chapter 1-

.

.

.

“Naru! Jangan tarik-tarik aku! Sakit, bodoh!”

Sedangkan yang dicerca tak menggubris pemilik lengan yang sedang ia pegang –coret- cengkeram kuat-kuat. Masih setia dengan cengiran freak-nya.

“Nah, sudah sampai. Kalau kau tidak aku tarik tadi pasti dua jam ke depan kita baru tib—ADUH!”

Kalimat pemuda berambut pirang tadi membelok menjadi erangan akibat pukulan telak di kepala oleh pemuda berambut merah yang tadi ia seret.

“Jangan berlebihan. Kau pikir aku siput bisa berjalan selama itu.” Ucapnya datar, seperti biasa. Mata berbingkai hitam milik si Rambut Merah beralih pada bangunan di hadapannya, “Lagi pula kenapa kau membawaku ke sini?”

Pemuda berambut pirang hanya tersenyum lebar, atau bisa kita sebut dengan cengiran, khasnya setelah berhasil menghalau rasa nyeri di pucuk kepalanya.

“Gaara pasti belum pernah ke sini, makanya aku mengajakmu. Ayo masuk.”

“Eh? T,tapi—“ ucapan si Merah yang bernama Gaara terpotong bersamaan dengan pemuda berambut pirang yang kembali menyeretnya masuk.

.

Klining~

.

Lonceng di atas pintu utama berbunyi saat pemuda pirang itu mendorongnya. Dia berhenti membelakangi Gaara yang terpaksa ikut berhenti. Cukup bingung dengan sikap temannya –coret- sahabatnya yang seperti anak hilang itu.

“Ada apa, Naruto?” tanyanya, lagi-lagi dengan nada datar.

“Sebenarnya aku sedang mencari sese—OH!”

Lagi. Gaara harus pasrah diseret kembali oleh si Pirang yang bernama Naruto itu. Andai saja ia punya alis pasti salah satu dari kedua alisnya sudah terangkat menandakan ia sedang bingung dengan siapa yang dimaksud sahabatnya.

Kali ini Naruto menyeretnya ke luar cafe. Well, cafe atau bangunan tadi memang menyediakan spot khusus di luar bangunan. Mata hijaunya sedikit membelalak saat menyadari Naruto membawanya mendekat ke arah seorang pemuda berambut hitam kebiruan dan berkulit putih di pojok.

“Hai, Sasuke. Ini aku, Naruto.” Sapa Naruto riang.

Eh? Untuk apa Naruto menyebutkan identitasnya segala? Bukankah pemuda ini pasti akan melihatnya?, seperti itulah batin Gaara. Namun detik berikutnya Gaara merasakan hal ganjil pada pemuda yang dipanggil Sasuke tersebut. Tatapan mata hitam layaknya malam itu terlihat kosong.

“Oh, hai, Naruto. Kau datang lagi?” tanya Sasuke. Mata Gaara memicing saat Sasuke bertanya tanpa menatap lawan bicaranya.

“Yup. Dan kali ini aku tidak sendiri. Bersama sahabatku yang kuceritakan padamu, Gaara.” Naruto meraih tangan pucat Sasuke, “Gaara, ini Sasuke, ulurkan tanganmu.” Ucap naruto kepada Gaara yang hanya berkedip tak mengerti maksud Naruto, “Huh?”

“Sudah cepat lakukan.” Perintah Naruto setengah mendelik.

Masih tetap tak mengerti, dengan ragu Gaara mengulurkan tangannya menjabat tangan Sasuke. Dingin. Itulah kesan pertama Gaara saat telapak tangan mereka bersentuhan.

“Hai, Gaara. Aku Sasuke, senang bertemu denganmu.” Sasuke tersenyum lembut. Lagi-lagi Gaara merasakan keganjilan. Sasuke berbicara padanya namun seperti berbicara pada angin. Gaara tersenyum canggung, dengan tangan yang masih bertautan dengan Sasuke, “O,oh. I,iya senang bertemu denganmu, eum, Sasuke-san.”

Sasuke melepas jabatannya pelan sembari tersenyum lagi ia berkata, “Ah! Jangan seformal itu. Anggap kita teman lama. Panggil nama saja, Gaara.”

Berat Gaara mengangkat sudut-sudut bibirnya untuk tersenyum dan mengangguk, “O,oke.”

“Nah, Sasuke, temanmu bertambah satu lagi.” Seru Naruto yang dari tadi hanya cengengesan melihat adegan Gaara dan Sasuke berkenalan.

“Ya, Naruto. Aku senang. Andai saja aku bisa melihat wajah teman baruku, termasuk kau. Pasti akan sangat lengkap.”

Gaara menoleh pelan pada Naruto di sebelahnya. Telunjuknya terangkat ke arah Sasuke dengan sedikit bergetar. Bibirnya terbuka seolah ingin berkata sesuatu namun suaranya tercekat di tenggorokan.

“Benar, Gaara. Aku tak bisa melihatmu. Maaf, ya.” Ucap sasuke. Seolah mengerti arti keterdiaman dua temannya barusan. Ada rasa bersalah saat Sasuke berkata demikian di benak Gaara. Ditambah senyum lembut Sasuke yang seolah berkata, ‘apakah kau akan menyesal setelah ini?’ Menohok tentunya.

Pemuda merah itu melirik Naruto. Entah hanya perasaannya saja dia melihat kesedihan yang terpancar di sana. Tatapan manik biru yang terlihat sangat teduh dan hangat di balik kesedihan itu dan yang lebih Gaara tak mengerti adalah dada dan perutnya yang tiba-tiba terasa kebas dan kosong.

Ia melirik Sasuke yang diam dan tersenyum tipis di hadapannya lalu kembali menatap Naruto. Begitu seterusnya sampai suara pelayan memecah keheningan yang tercipta.

“Permisi. Ini daftar menunya. Silahkan dilihat, saya akan kembali lima menit la—“

“Tidak perlu.” Naruto memotong, menatap pelayan, “Aku pesan vanilla latte. Kau pesan apa, Gaara?”

Gaara mengerjap, “Oh! Eum, avocado juice saja.”

Pelayan mengangguk dan mencatat pesanan dua pemuda itu lalu berkata, “Baiklah, silahkan ditunggu.”

Naruot dan Gaara mengangguk sekali pada pelayan dan kembali menatap Sasuke yang diam.

“Jadi, kau sendiri lagi, Sasuke?” tanya Naruto seraya mencomot banana split yang masih belum tersentuh di tengah-tengah meja dan ditaksir Gaara itu milik Sasuke.

.

Plak!

.

“Aduh! Gaara! Apa-apaan, sih?” protes Naruto seraya mengusap punggung tangannya yang menjadi korban Gaara.

“Itu milik Sasuke, Naru. Jangan main comot saja.” Ucap Gaara memperingatkan walau terdengar hanya ucapan penuh kedataran.

“Biar saja, Gaara. Itu memang aku pesan khusus untuk Naruto seperti biasa dan, yeah, aku diantar oleh kakakku, Naru.” Ucap Sasuke diselingi tawa renyah.

“Tuh! Kau dengar sendiri, kan? Ini milikku, bweek!” Naruto menarik piring banana split dan menjulurkan lidahnya ke Gaara.

“Lagi pula bagaimana caraku memakannya. Pasti sangat kesulitan, hehe.” Tambah Sasuke sukses membuat Gaara menunduk dan menghentikan gerakan tangan Naruto untuk menyuapkan potongan banana split ke mulutnya.

“Ah! Itu bukan masalah, Suke. Kau tunggu saja aku datang. Selama ada aku kau bisa makan apapun yang kau suka. Heheheheh.” Seru Naruto dengan bangga, “Kau mau coba? Buka mulutmu, Ak! Ak!”

Gaara mendongak.

“Eh? T,tapi..” Sasuke menarik tubuhnya mundur saat ujung potongan banana split yang disodorkan Naruto menyentuh bibirnya.

“Sudahlah, coba dulu ini.” Paksa Naruto masih setia menjulurkan tangannya ke arah Sasuke.

“T,tapi aku tidak suka makanan manis.” Tolak Sasuke pelan.

“Coba dulu, Sasu-chan~”

.

Deg!

.

Mata Gaara melebar. Telinganya sedikit panas.

Mau tak mau Sasuke membuka mulutnya dan dengan segera Naruto menyuapkan banana split ke mulut Sasuke.

“Enak, bukan? Makanan manis tidak selamanya buruk, kok.” Cengiran Naruto melebar melihat anggukan kepala Sasuke dengan mulut penuh hingga membuat kedua pipinya terlihat gemuk.

“Hahah, kau lucu, Suke~”

Tangan Naruto kembali terulur kini untuk mengacak rambut kelam Sasuke yang terlihat lembut membuat sang empunya merona.

Sepertinya mereka melupakan seseorang yang kini tengah menundukkan kepala.

.

Grak!

.

“A,aku ke toilet.”

Gaara bernajak dari kursi menuju ke dalam cafe. Naruto hanya menatap punggung sahabatnya itu yang lamat-lamat menghilang di balik pintu cafe kemudian mengedikkan bahu dan kembali menyantap banana splitnya.

“Gaara baik-baik saja, Naruto?” tanya Sasuke. Pemuda pirang itu mendongak dengan garpu yang masih berada di dalam mulut, “Tentu saja. Memangnya kenapa?”

Sasuke menyamankan duduknya, “Aku hanya merasa tidak enak padanya.”

Kedua alis Naruto terangkat kemudian tersenyum lebar mendengar, “Hahah tak perlu sungkan dengan Gaara, Sasuke. Gaara itu orangnya baik, kok. Yeah, meski penampilannya seperti itu. Kadang sadis juga, sih -_-“

“Siapa yang sadis?”

.

Glek!

.

Naruto terlihat kesusahan menelan ludah. Perlahan dia menoleh ke samping di mana Gaara berdiri menjulang di sebelahnya.

“Oh, hehehehe, Gaara sudah kembali rupanya.” Ujar Naruto riang plus cengiran lebar yang terkesan kaku.

“Kutanya siapa yang sadis?” datar dan dingin Gaara mengulang pertanyaannya. Naruto mulai merasakan peluh mengucur di punggung dan pelipisnya.

“B,bukan siapa-siapa, Gaara. Hehehehe~”

Gaara menarik kursi dan duduk kembali di tempatnya, “Kukira kau sedang bergosip.”

.

Twitch!

.

Tiga sudut siku-siku muncul di kening Naruto.

“Aku bukan perempuan, Gaara!”

“Tapi kau senang bergosip.” Ujar Gaara tenang.

“Aku tidak bergosip!”

“Tapi kau membicarakan orang lain.”

“Benar! E,eh? O_O A,apa? Tidak!”

“Bertaruh?”

“Che! Umm,” mata Naruto melirik ke bawah, “Setidaknya aku berkata yang baik.”

“Sejak kapan sadis termasuk hal yang baik?”

“Tergantung sikon, Gaara.”

“Kau bergosip.”

“Tidaaak! Aaaaargh!”

Mereka terus berdebat. Naruto terlihat mecak-mencak heboh dengan gaya khasnya sedangkan Gaara tetap memasang tampang stoic dan nada datar di setiap kalimat. Mengabaikan seseorang di hadapan mereka yang sedari tadi tersenyum mendengar adu argumen kecil antara dua sahabat itu.

“Hmm, kalian sangat akrab, ya?”

Keduanya menatap Sasuke yang berkata barusan.

“Tentu saja. Gaara ini teman baikku sejak kecil, Suke. Benar, kan, Gaara?” seru Naruto bangga seraya merangkul pundak Gaara di sampingnya dengan senyum lebar seolah lupa akan adu argumen tadi.

“Hn.”

Senyum Naruto memudar. Berganti dengan cemberut mendengar respon sahabatnya.

“Andai aku juga punya sahabat. Pasti menyenangkan. Tak akan kesepian.” Ujar Sasuke melirih di akhir kalimatnya seraya menunduk.

Melihat itu Naruto meraih tangan pucat Sasuke dan menggenggamnya erat.

“Tenag saja. Kau sudah menemukan sahabatmu, Suke. Aku dan Gaara dengan senang hati menemanimu.”

Gaara mendongak. Entah apa yang melandanya saat ini dan kenapa itu terjadi Gaara tak tahu. Yang jelas benaknya sedang tidak dalam keadaan baik. Terlebih melihat Naruto yang menggenggam tangan Sasuke begitu erat. Tatapan yang sangat tulus dari pemuda pirang itu. Bukan tak senang. Hanya saja dia, cemburu.


Jaejoong x Yixing

baru-baru ini gue merhatiin Jaejoong lagi. gila ya gue dasar orang udik .-. gue pantengin trus tuh MV Mine dan gue berhasil fangirl-ngan lagi gegara Jaejoong disitu tamvan pangkat tiga .-. kalo bisa pangkat yang lebih gede dari tiga. dan ada beberapa scene yang gue suka banget di sana. gue jadiin gif scene favour gue di tumblr hahaha. dan itu bertepatan ama lagi getol-getolnya gue pandengin foto teaser Yixing. demi apa itu wajah kenapa menggoda iman banget yak -_-

gue gak tahu dapet pikiran dari mana, gue malah ngeship Jaejoong ama Yixing pada akhirnya. dasor gue aneh banget yak -_- iyah gue tahu kok.

oke cukup sekian curhatan nggak penting gue.

lu lu pada cukup tahu aja yah.


Tears Airport

oke, jujur gue ketinggalan banget tentang ini dan gue ngerasa G A G A L sebagai fans dari Zhang Yixing ;;;w;;; tapi nggak ada kata terlambat kan?

waktu gue utak atik tumblr dan ngebuka salah dua -coret- salah satu blog yang lewat di timeline, eh ada lagu ini tiba-tiba muncul di earphone gue -sebenernya bukan eraphone gue juga, gue lagi di warnet soalnya- dan tanpa malunya gue langsung nge-PM si yang punya blog -aslinya gue pengen nge-PM langsung Yixingnya, gue geregetan banget- trus tanya itu lagunya siapa. begonya gue nggak langsung nge-search di google dan baru nge-search setelah gue pencet tombol “ask” !

tapi yang gue dengerin itu versi music box. gue cari di google nggak ada, udah ngobrak-abrik forshered, empitriskull, dan kawan-kawannya–DAN gue baru sadar kalo nggak ngecek yutub. pas gue ketik tears airport di key apalah gitu namanya, muncul beginian

Tears Airport (眼泪机场) [Music Box Ver.]

well bego banget kan gue, akhirnya gue langsung download tuh video ! oh maaaaaaaaann~ YIXIIII~NG lo bikin gue nangis darah ;;w;; apalagi pas gue tau lirik dan artinya lewat sini ! coba aja buka dan lo pasti ngerasain gimana jadi Yixing. nyesek maaan!

kalo misal gue jadi pacarnya Yixing waktu itu, gue nggak bakal pernah ninggalin dia dah sumveh demi Luhan ._____.

gue–gue janji, Xing, gue bakal mencintai lo sampe gue nggak bisa mencintai lo lagi ;;;www;;;

HUUUWEEEEE~ /nangis ke pelukan Junmyeon/

nih gue kasi gambarnya Yixing.

coba aja pas dengerin tuh lagu sambil bayangin senyumnya Yixing ;;w;;

Gambar


Kriscasso

Kriscasso

hallo, holla~
ini postingan nggak penting gue heheheh. iseng banget sih ngepost ini dan cuma biar rame aja blog guenya hahahahah XD

ini hasil editan gue yang lama nggak pernah pake photoshop lagi. gue pake photoshop 8.0 dan sebenernya gue pengen pake yang CS3 ato 4 tapi berhubung mentahannya ada di harddisk gue yang udah mokat, jadi pake yang ini aja.
gue pengen pake texture tapi berhubung gue nggak punya dan belum donlod jadi gue pake shape apa adanya, hahah melas banget kan -_-

gue ada sih beberapa editan kayak macem begini yang lain, punya Lay tuh yang banyak tapi berhubung gue masih baru pake photoshop lagi dan masih kaku ini tangan, hasilnya rada burik, eh bureng gitu. menurut gue yang paling layak buat di publikasikan ya ini :p

gimana menurut saudara-saudara?????

kalo ada saran dan kritik sampein aja, asal jangan ngebash, apalagi ngebash orang yang ada di foto itu, gue gaplok beha tetangga ntar.

oke, wassalam ^^


Gue masuk Ind*maret dapet ini masa

Gue masuk Ind*maret dapet ini masa

Photo 4858

Tadi pas gue malem mingguan mau beli minuman trus mau bayar, gue ngeliat ini masa, di rak buku sebelah kasir, salah, lebih tepatnya di sebelah rak pembalut. Berhubung gue melas nggak punya duwit, jadi gue cuma foto aja. Kasian, kan?

Besok-besok gue kudu cepet dateng ke indomaret itu lagi buat beli ini.
Nggak peduli sekalipun itu poster gambarnya udah lawas-lawas, ye.
Sapa tahu di dalemnya ada poster pas eranya Miracle In December gitu.

 

Sayangnya nggak ada EXO-M ;;;__;;;


2NE1 Tunda Perilisan Video Musik Terkait Masalah Komputer Grafis.


‘Curious Story Y’ Menyelidiki Anti-fan yang Memberikan Peringatan Teror untuk EXO


Sarannya, dong, kaka :3

gini, berhubungan dengan eksistensi fanfiction gue di wp. walopun baru satu fanfiction yang gue rilis di sini ._.

gue  author fanfiction yaoi dan gue nggak bakal nulis fanfiction straight. bukan gue anti tapi, gue cuma suka aja sama yaoi. bukan gue fujoshi akut tapi, gue cuma suka aja sama yaoi. oke bunuh gue sekarang!

gue juga nggak bakal nulis fanfiction rated M di sini. gue masih takut. gue masih anak kecil yang baru bisa belajar baca dan tulis. oke gue alay. bunuh gue sekarang!

ekhem, gue boleh serius sekarang?

tapi, dari tadi gue udah serius broh ._.

jadi gimana, nih? apa perlu gue pake password segala gegara fanfiction gue yang yaoi? saran, saran. gue butuh saran -_______-w

tapi, sebelum lu kasih gue saran, coba deh baca dulu fanfiction gue satu endil itu. bukannya gue pengen karya gue dibaca, biar lu tau aja perlu ato nggak karya gue itu dikasi password.

oke, thanks sebelumnya.


Tujh Mein Rab Dikhta Hai [Romanized Lyrics]

Singer : Roopkumar Rathod

Movie OST : Rab Ne Bana Di Jodi

-xxxxxxxxxx-

Tu hi toh jannat meri, Tu hi mera junoon
Tu hi to mannat meri, Tu hi rooh ka sukoon
Tu hi aakhion ki thandak, tu hi dil ki hai dastak
Aur kuch na janu mein, bas itna hi jaanu

Tujh mein rab dikhta hai
Yaara mein kya karu
Tujh mein rab dikhta hai
Yaara mein kya karu
Sajdhe sar jukhta hai
Yaara mein kya karu
Tujh mein rab dikhta hai
Yaara mein kya karu

Ohhhh hoooo ohh….

Kaisi hai yeh doori, kaisi majboori
Meine nazron se tujhe choo liya
Oh ho ho Kabhi teri khusboo
Kabhi teri baatein
Bin mange yeh jahan pa liya
Tu hi dil ki hai raunak,
Tu hi janmo ki daulat
Aur kuch na janoo
Bas itna hi janoo

Tujh mein rab dikhta hai
Yaara mein kya karuo

Tujh mein rab dikhta hai
Yaara mein kya karu
Sajdhe sar jukhta hai
Yaara mein kya karuo
Tujh mein rab dikhta hai
Yaara mein kya karuo

Vasdi vasdi vasdi, dil di dil vich vasdi
Nasdi nasdi nasdi, dil ro ve te nasdi
Rab Ne… Bana Di Jodi…..haiiiiii
Vasdi vasdi vasdi, dil di dil vich vasdi
Nasdi nasdi nasdi, dil ro ve te nasdi

Cham cham aaye, mujhe tarsaye
Tera saaya ched ke chumta
Oh ho ho… tu jo muskaye
Tu jo sharmaye
Jaise mera hai khuda jhumta
Tu hi meri hai barkat, tu hi meri ibadat
Aur kuch na janu, bas itna hi janu

Tujh mein rab dikhta hai
Yaara mein kya karu
Tujh mein rab dikhta hai
Yaara mein kya karu
Sajdhe sar jukhta hai
Yaara mein kya karu
Tujh mein rab dikhta hai
Yaara mein kya karu

Vasdi vasdi vasdi, dil di dil vich vasdi
Nasdi nasdi nasdi, dil ro ve te nasdi

Rab Ne Bana Di Jodi.. haiiiiii


My Fiancé [Sulay Fanfiction]

7222e7dd-b239-4232-bfa3-dd02e079309bwallpaper

xxxsxlxyxxx

Kring~

.

Slaps~

.

Braak~

.

“Selamat pagi dunia. Aku siap, aku siap ^^”

“Hey orang gila! Apanya yang siap? Aku bahkan masih bisa melihat liur di sudut bibirmu.”

Buru-buru Yixing mengusap sudut bibirnya kemudian mendelik ke arah laki-laki yang terlihat serius berkutat dengan pekerjaannya di halaman seberang apartemennya saat tak menemukan barang setetes pun liur di wajahnya.

“Heh, Kris gege bodoh! Kurasa kau harus membawa lop atau teleskop bintang jika perlu. Matamu sedikit—KYAAA~!”

.

Braak~

.

Secepat kilat Yixing menutup kembali jendela kamarnya saat Kris mengarahkan selang air yang ia pegang untuk menyiram tanaman ke arahnya.

“Huh! Tua bangka.”

Puas menghardik dan mengintip Kris yang masih melirik tajam ke arah kamarnya, Yixing mengalihkan pandangan ke meja nakas kemudian tersenyum sembari meraih sebuah kalender dengan bundaran spidol merah di sekitar tanggal 4 Februari. Hari ini.

“Hari pertamaku mengajar. Semangat!”

Mengangguk mantap dengan tangan terkepal. Ia melanjutkan menyambar handuk setelah meletakkan kembali kalender mungilnya ke tempat semula. Bersenandung riang sebelum pada akhirnya terdengar suara gedubrak yang cukup nyaring tepat saat Yixing melangkahkan kaki masuk kamar mandi.

“Aduuuh~ bokongku~!”

.

xxxsxlxyxxx

.

My Fiancé

This fict obviously is mine. Not for the cast.

OOC/AU/BoyxBoy

Romance Comedy

Rating T

Kim Junmyeon – Zhang Yixing

; and other EXO’s member

.

xxxsxlxyxxx

.

Tap..tap..tap..tap

Sepatu pantofel coklat mengkilap itu terus mengetuk lantai peron stasiun. Sudah sepuluh kali lebih Yixing melirik pergerakan jarum di arlojinya. Kemudian mendesah panjang saat merasakan hasilnya tak memuaskan.

“Eum.. permisi. Kereta menuju Daegu kapan datang, ya?”

“Hah? Daegu? Bung, kurasa kau harus menggunakan teleskop bintang di matamu. Ini masih pukul berapa?”

Bibir Yixing mengerucut. Satu hal yang membuatnya berjengit, ucapan petugas stasiun barusan, mirip dengan apa yang ia ucapkan kepada Kris.

“Memangnya pukul berapa?” tanya Yixing.

Petugas itu berdecak. Mendekati Yixing dan menepuk pundaknya, “..aku melihatmu beberapa kali mengintip arlojimu. Apakah benda itu tak berfungsi? Ini masih pukul lima pagi, bung.”

“HAH? APWAH?”

“Santai, bung.” Sahut petugas stasiun sembari mengeluarkan sapu tangan dari saku celananya kemudian mengusap wajahnya yang tersembur beberapa tetes dari Yixing.

“Jadi ini masih pagi? Kukira mendung. Sampai aku membawa payung lipat ._. ”

Petugas stasiun itu sudah menjauh. Mungkin di benaknya ia tak ingin lagi bertemu dengan orang macam Yixing. Well, tampang memang oke tapi sikapnya sungguh mengundang decak kagum. Lihat sekarang apa yang dia lakukan!

“Kris gege~! Aku kualat akan ucapanku padamu~!”

Dengan kepala menengadah ia mencakar pilar sambil terisak.

Oh ternyata Yixing sudah sadar kembali dengan ucapan petugas stasiun tadi.


Pluk.

Yixing terjaga. Mengucek matanya hingga tersadar ia tertidur di ruang tunggu. Bukan suara bising stasiun yang mulai ramai penumpang yang membuatnya harus rela meninggalkan lautan mimpi indahnya, melainkan sebuah sweater merah yang tersampir di kepala dan menutupi wajahnya.

“Ya! Kau! Jangan sembarang meletakkan barangmu, bung. Tak lihat di sini ada orang, eoh?!”

Laki-laki lengkap dengan seragam SMA yang duduk di sebelah Yixing hanya menoleh sekilas dan kembali berkutat pada PSPnya.

“Hey, nak! Tak diajarkan sopan santun oleh orangtuamu, eum?”

Melemparkan sweater ke arah remaja SMA tersebut dan mendarat tepat di kepalanya.

“Kau sudah tua, tetapi masih tak beda jauh dengan anak SMA.”

Mata Yixing membulat penuh, “..ya! ya! Apa yang kau katakan barusan? Dasar. Aigooo~ kenapa anak muda sekarang berkurang moralnya? Apa karena pelajaran PMP(?) telah dihapus? Oh~ aku harus mengadu kepada pemerintah pendidikan—”

“Kau itu cerewet, ya?”

Hanya satu pertanyaan itu mampu membuat Yixing tutup mulut. Tidak. Lebih tepatnya bukan karena pertanyaan bocah SMA ini, melainkan apa yang dia lakukan pada Yixinglah yang membuat Yixing membatu.

Kereta tujuan Daegu akan tiba limat menit lagi. Silahkan menunggu di peron tiga. Sekali lagi—

“Oh! K,keretanya sudah sampai.”

Yixing mendorong tubuh bocah SMA yang tadi mengunci pergerakannya hanya dengan sebuah senyum miring dan menghapus jarak antara wajah masing-masing hingga ujung hidung mereka saling besentuhan. Sungguh kelakuan yang tak wajar untuk ukuran orang yang baru bertemu.


Sepatu coklat itu mengetuk lantai peron lagi. Raut gelisah di wajah Yixing sangat jelas tergambar. Berulang kali ia mengecek arlojinya lalu melongok ke sana ke mari dengan cepat.

“Kenapa lama sekali?”

Terus berdecak sebal sepanjang sisa waktu menunggu kereta. Sebenarnya bukan masalah keretanya. Hanya lima menit. Lima menit menunggu bukanlah waktu yang cukup lama, bukan? Melainkan adanya bocah SMA tadi tepat di belakang Yixing. Berdiri santai dengan sweater yang tersampir di salah satu pundaknya.

“Hey! Tak bisakah kau menjauh sedikit? Perhatikan jarak, bung.” Semprot Yixing.

Yang dituju hanya mengedikkan bahu. Acuh tak acuh namun tetap menuruti perkataan Yixing.

Sungguh Yixing merasa risih dengan kehadiran bocah ini di belakangnya. Berapa kali butt-nya terdorong—ekhem—milik sang bocah SMA akibat calon penumpang yang berdesakan dan berulang kali pula Yixing menahan rasa malunya dengan pipi yang bersemu merah.

Huft untung saja dia di belakang. Jika tidak—aaagh aku tak ingin dia melihatku merona seperti ini.‘ batin Yixing. Menangkup kedua belah pipinya dengan telapak tangan dan menggeleng cepat layaknya seorang fangirl.

“Orang tua? Apakah kau sakit?”

Yixing mendelik dan sedikit berjengit kaget saat bocah SMA di belakangnya melongok melalui bahunya.

“Ya! Siapa yang kau maksud orang tua? Dan aku tidak sakit, bodoh. Menyingkir!”

“Hey! Kau kira tempat ini masih ada cukup ruang untuk kalian berdua? Lihat sekitar, oke? Banyak orang.”

Yixing membungkuk dengan susah payah kepada seorang paman yang berkata barusan. Kemudian memberikan sebuah glare manis kepada bocah SMA tadi yang terus saja memasang tampang tanpa dosanya.

xxxsxlxyxxx

Glup~

Yixing mengeratkan dekapan tas dalam pelukannya. Sinar matanya memancarkan sebuah ketakjuban sekaligus gugup. Berulang kali jakun di lehernya bergerak naik turun seiring dengan ludah yang ia telan.

“Huft~” ia menghembuskan napas panjang dan mengepalkan tangan sebelum berseru, “..hwaiting!”

Kemudian mulai melangkahkan kakinya masuk gerbang sekolah yang terlihat megah itu. Membungkuk kepada satpam yang menjaga. Saat ini Yixing lebih mirip seperti anak ayam yang kehilangan induk. Berjalan sendirian menuju gedung utama sekolah di tengah keramaian siswa SMA Kebangkitan Nasional yang hilir mudik seperti gerombolan ikan tuna.

“Kau Zhang Yixing?”

Mengusap dada pelan saat seseorang menepuk pundaknya dari arah belakang. Laki-laki berpakaian rapi dengan jas bername-tag Lu Han tersenyum ramah kepadanya. Buru-buru Yixing membungkuk dengan tasnya yang masih ia peluk ._.

“Ah, iya. Saya Zhang Yixing, senior.”

“Jangan panggil saya senior. Aku masih belum seperti yang kau bayangkan. Panggil aku Luhan. Mari aku antar ke ruang guru, sekalian akan aku beritahu langsung kelas mana yang hari ini akan kau ajar.”

Yixing hanya mengangguk dan mengikuti Luhan.

Sepanjang perjalanan yang dilakukan Yixing hanya terperangah, menoleh kanan-kiri, membenahi letak tasnya yang melorot, dan menghela napas berusaha menetralkan degup jantungnya. Juga tak jarang ia bergumam,”..hwaiting, Zhang! Ini kesempatanmu. Lakukan yang terbaik karena ini juga pilihanmu.” Kemudian mengangguk mantap seperti yang ia lakukan tadi pagi.

“Nah sudah sampai. Maaf lama, ya. Aku baru sadar kalau sedari tadi kita berputar-putar, hehe. Maklum aku masih belum hafal tempat ini.”

Dan Yixingpun kembali terperangah.

“Ini jadwalmu. Kelas yang akan kau masuki hari ini adalah XII IPA 3.”

Meraih map yang diberikan Luhan seraya membungkukkan badan, “..oh terimakasih, ehmm, Luhan gege?”

Luhan tertawa renyah, “..boleh, kau boleh memanggilku gege. Sudah ya, aku harus ke ruang kepala sekolah. Kau bisa melihat peta diujung koridor sana jika tidak ingin tersesat saat mencari kelas.”

Menepuk pundak Yixing beberapa kali kemudian melambai dan menghilang ditikungan. Yixing mendesah kecewa.

“Mungkin aku bisa seharian berputar-putar di gedung ini, ge. Huweee~ Kris ge~ aku tak akan mengataimu tua lagi ;;_;;.”

Dan mulai berbicara sesuatu yang tidak koheren.


“XII IPA 1, XII IPA 2, aha! XII IPA 3. Oh akhirnya ini sudah waktuku untuk mengajar. Setelah sekian lama aku menunggu kesempatan ini dan akhirnya pak dosen Jung memberiku kelulusan u,u aku terharu, hikss~”

“Sedang apa dia?”

“Entah. Kurasa dia seorang guru.”

“Guru baru?”

“Mungkin.”

“Guru itu kenapa?”

“Dipecat kepala sekolah Min, ya?”

“Kasihan.”

“Tampan sih, tapi aneh, xixixixixi ^^.”

“Iya, fufufufu~”

Seluruh tubuh Yixing menegang. Membatu seketika saat mendengar ocehan-ocehan tak bertuan di sekitarnya. Baru menyadari saat ini ia berada di koridor utama jajaran kelas XII dan otomatis ini adalah tempat paling ramai. Oh lihat tokoh utama kita sedang merutuki kebodohannya. Lihat! Lihat! Dia sedang mengacak rambutnya frustasi dan menggaruk dinding luar kelas. Hina sekali dia.

“Oh baiklah. Sepertinya aku harus membangun imageku dari awal.”

Bangkit dan berjalan gontai memasuki kelas tepat saat bel berbunyi. Mungkin semua guru yang baru pertama kali melakukan pengajaran merasakan hal yang Yixing rasakan saat ini. Gugup, man.

Semua mata tertuju pada Yixing sejak ia menginjakkan kaki ke ruang kelas. Dapat yixing lihat beberapa siswi saling berbisik tanpa memutus pandangan mereka kepadanya. Entah mereka yang tidak tahu tata cara berbisik atau bagaimana, bahkan sampai ia di depan meja pun dapat mendengar suara mereka. Memang, ya. Jaman sekarang membicarakan orang di belakang sudah mainstreem. Ckckck.

“Ekhem~”

Yixing berdehem setelah meletakkan tasnya di atas meja. Menyapu pandangan ke seluruh penjuru kelas.

“Perkenalkan. Saya Zhang Yixing. Kalian bisa memanggil saya pak Yixing. Di sini saya akan mengajar Sastra Inggris. Mohon bantuannya.”

Sepi.

Yixing semakin gugup dalam kondisi seperti ini. Lebih tepat dikatakan awkward. Sepertinya praktek mengajarnya selama sebulan beberapa waktu lalu tidak berhasil membangun rasa percaya diri Yixing. Wajarlah, ini kan kali pertama ia menjadi guru yang sebenarnya.

“Kita mulai. Sebelumnya untuk intermezzo saja, bagaimana dengan nilai toefl kalian?”

“Cukup buruk, pak.”

“Poinku tidak memuaskan.”

“Iya, padahal aku sudah merasa mampu.”

Dan kelaspun mulai ricuh.

“Sssst~ tenang, tenang. Redamkan amarah kalian—hey! Kau! Turunkan bangku milik temanmu!”

Bukan membentak, hanya berseru saat melihat seorang siswa berperawakan tinggi bertelinga lebar mengangkat bangku teman sebangkunya dengan memasang wajah frustasi.

“Maaf, pak. Emosi jiwa.”

Ini awal yang baik. Mereka kelihatannya penurut, batin Yixing riang gembira.

“Baiklah, lupakan tentang toefl karena saya tidak akan membahas itu sekarang karena—ehm, siapa siswa yang tidur di bangku belakang dekat jendela itu?”

Semua mata berlaih ke arah yang ditunjuk Yixing.

“Dia Kim Junmyeon, pak.” Jawab seorang siswa bermata bulat.

Yixing meraih buku absensi di meja. Membuka beberapa lembar awal dan ujung bulpointnya bergerak ke atas ke bawah mencari nama yang di maksud.

“Kim Junmyeon, Kim Junmyeon, Kim—oh! Ya! Tuan—”

“Psst~ pak, lebih baik bapak abaikan dia kalau bapak masih ingin terhindar dari tekanan darah tinggi.” Bisik seorang siswa bermata sipit di bangku depan dekat meja guru.

Kening Yixing berkerut meski tak dapat dilihat karena tertutup poni, hehe :p

“Maksud kalian, dia siswa bermasalah?”

Tidak ada jawaban. Hanya anggukan mantap dari siswanya. Yixing menghela napas, “..tetap saja ini tidak bisa dibiarkan.”

Berjalan sok preman atau bisa dibilang gantleman mendekati bangku siswa nakalnya mengabaikan bisikan yang tak pantas disebut bisikan dari siswa-siswi lain.

“Ehem. Kim Junmyeon, bisakah kau tidak tidur di kelasku?”

Tidak ada respon. Kelas semakin ricuh dan Yixing kembali pucat pasi menjadi pusat objek.

Berdehem lagi setelah mengambil napas.

“Ya! Kim Junmyeon! Kau tak mendengar—”

Tidak ada lanjutan kalimat Yixing, yang terdengar justru pekikan-pekikan histeris siswa lain melihat adegan semi yaoi di depan mata mereka.

“Kau itu cerewet, ya?”

Blush~

Merah padam.

Déjà vu.

Seperti pernah mengalami ini.

Semakin merah menyadari ini di kelas, bukan stasiun.

Yixing membatu. Sedikit tak nyaman dengan posisinya sekarang, membungkuk karena dasinya ditarik dan semakin tak bergerak saat melihat wajah dari sang pemilik nama Kim Junmyeon.

“Ya! Kau kan yang di stasiun!”

Menepis kasar tangan Junmyeon dari dasinya dan mundur beberapa langkah. Mengundang raut heran dari siswa lainnya. Desisan semakin memenuhi ruang kelas. Bertanya-tanya apa yang sebenarnya telah terjadi antara pak guru dan teman mereka.

“Huh? Memang kita pernah bertemu?”

Menggeram pelan Yixing mendengar jawaban nyeleneh Junmyeon.

“Dasar pikun! Kau yang bersikap tak sopan di ruang tunggu dan kau yang—AAARGH!”

Pipinya kembali memerah mengingat buttnya yang menempel pada *ekhem* milik Junmyeon ketika menunggu kereta tadi pagi.

“Lupakan.”

Kembali kalem setelah berusaha keras mengurangi kadar warna merah di wajahnya dan mengambil napas dalam-dalam. Sebisa mungkin berjalan tenang ke depan kelas.

“Anak-anak. Lupakan yang tadi. Itu bukan saya. Mengerti?”

“Mengerti bapak~”

Kembali ke pelajaran dan menghiraukan Junmyeon yang kembali tidur di bangkunya. Sungguh, jika Yixing bukan guru baru di sana, beberapa fasilitas kelas pasti sudah melayang ke arah belakang.

xxxsxlxyxxx

“Ya, mama? Halo?”

Yixing! Kau sudah pulang?

Masih berkutat dengan lembaran map yang diberikan Luhan tadi pagi, Yixing menjepit ponselnya dengan bahu, “..belum, Ma. Kenapa?”

Anak teman mama akan menginap di apartemenmu. Barusan mama suruh langsung ke sana. Mama kira kau sudah pulang, Xing.

Alisnya terangkat sebelah, “..heh? Kenapa harus menginap bersamaku?”

Dia masih sekolah, Xing. Mamanya masih belum berani melepasnya sendiri.

“Memangnya dia anak luar kota?”

Ah kau cerewet! Sudah sana cepat pulang. Kasihan dia pasti menunggumu di depan pintu.

“Salah siapa?” jawab Yixing acuh tak acuh. Mengedikkan bahu dengan malas dan semakin memperlambat pekerjaannya.

ZHANG YIXING CEPAT PULANG ATAU KUNIKAHKAN KAU DENGAN KRIS!

Detik berikutnya Yixing mempercepat pekerjaannya. Meraih tas dan menutup pintu dan berlari secepat kilat hingga Luhan yang baru saja akan menyapanya harus berputar terkena angin yang mengiringi langkah seribu Yixing. Berlebihan. Dan entah kenapa mama Yixing bisa tahu soal Kris.

xxxsxlxyxxx

“Huh, mama selalu seperti itu. Sudah tahu mamanya tidak rela kenapa malah disuruh menginap di apartemenku? Merepotkan saja.”

Terus menggerutu seraya mengobrak-abrik isi tasnya mencari kunci pintu apartemen.

Yeah, semoga dia anak baik-baik. Tidak merepotkan dan tidak seperti—KIM JUNMYEON?!”

Laki-laki dengan balutan seragam SMA itu mendongakkan kepala. Sepertinya dia tertidur di depan pintu apartemen Yixing.

“Kenapa kau lama sekali?” tanyanya dengan suara parau.

Mata Yixing membulat, “..YA! Apa yang kau lakukan di sana?”

“Menunggumu. Mau apa lagi?”

“HAH?” kening Yixing berkerut tak percaya, “..tapi seharusnya yang ada di situ anak teman mamaku!”

“Kalau anak itu aku, lalu kau mau apa?”

Bangunkan Yixing setelah ini. Oke? Dia pingsan.

.

.

.

To Be Continue